Senin, 16 November 2020

Ketika Insecure menjadi Bersyukur! #3


 Ketika Insecure menjadi Bersyukur! #3


Masih mengingat memori waktu di indonesia mama dan papa masih bisa ngumpul bersama aku, kita jalan-jalan bersama dan kadang kalau ada tanggal cuti kita liburan ke Eropa bersama menikmati (Museum di Eropa). Sayangnya itu hanyalah memori kecil tersimpan dalam benakku. Sekarang papa menikah lagi dan mama banting tulang menghidupi aku, sampai saat ini tidak sangka yang namanya manusia gila akan harta masih saja hidup dibuminya Allah. Semenjak papa ke makan rayuan pelakor bermata duit itu mama pun binggung harus apa, padahal kurang cantik apa mama, setiap pagi sesibuk apapun mama bergutat dengan pekerjaan ia selalu menyiapkan sarapan serta masih sempat merapikan baju papa yang lusuh. Kebaikan mama bukan diukur akan materi sebab aku dulu pernah mengalami yang namanya bersusah dulu baru bersenang kemudian. Tapi sayangnya Allah memberikan mama dan aku ujian berarti tanda ia sayang sama makhluk-Nya.


Semenjak setahun lebih aku menutup diri dari dunia luar, setahun aku insecure (tidak percaya diri). sampai mama berusaha mengajak les private untukku agar tidak ketinggalan sekolah, tapi yah namanya juga menutup diri hanya mau berkaca dengan diri sendiri dan nggak pernah percaya diri. Dan tentu trauma dengan kelakuan papa yang jelas-jelas aku sendiri melihat mama dan papa berdebat soal perceraian. Mama aku seorang pengacara hebat tapi sayangnya keluarga runtuh akan kesalahan papa, Papa anggota Mahkamah Agung mereka sering memanggil pak hakim, tapi sayangnya namanya jabatan hanya sebatas tulisan serta tempelan saja tak ada yang benar memperlakukan dengan penuh kekeluargaan serta kebijaksanaan, padahal mereka hafal betul setiap pasal-pasal keagamaan yang sering mereka perdebatkan didepat microfon demi sebuah perkara rumah tangga menjadikam mereka mengambil tindakan berpisah.  


Sampai sudah ke lima kalinya aku pindah sekolah karena selalu buat ulah, tapi sabarnya mama nggak pernah luntur sedikitpun ia selalu sabar menjalani kehidupan baru denganku hingga aku bersahabat dengan Radeya sampai masuk kuliah di Eropa semua itu mama yang atur agar aku bisa bergaul dan berteman baik dengan orang lain asal ada batasannya. Mama penuh inisiatif setiap hari membuat aku tidak tampak kesepian walaupun sebenarnya aku kesepian tanpa papa, aku harus mengikhlaskan. Jika tidak maka aku harus memberontak melawan wanita muda yang gila harta serta hanya memperjual belikan keperawatan demi sebuah kekayaan. Dasar wanita tidak punya akhlak. 


Dua tahun lebih aku belum melihat keadaan mama, walaupun menggunakan Video Call tapi berbeda dengan melihat secara langsung. Apakah dia baik-baik saja sejak papa meninggalkan dia demi orang lain, apakah mama kurus, atau gendut?, apa dia rajin maka atau sibuk dengan pekerjaan sehingga mengharuskan ia kadang meminum obat promag yang sering ia kirim lewat Whatsapp, hmm semoga malaikat tanpa sayapku dimudahkan oleh Allah. Ucapku lirih dan segenggam doa yang syahdu  kupanjatkan Kepada-Mu sang maha adil dan mengetahui. 


Menjadi anak broke home, membuatku harus tahan banting, tak boleh cengeng, mengeluh atau memberontak sekalipun. Ingat anak broken home bisa hidup tanpa papa ,asal masih ada Allah yang maha besar yang melihat kita sebagai hamba yang penuh bersyukur akan hari ini. Sudahkah kita bersyukur hari ini?, kalau belum cobalah ucapkan 'Alhamdulillah'.


Mama meninginkan bahwa semenjak aku kecil ia ingin aku  bisa tinggal diluar negri, tapi aku punya pemikiran sendiri aku mau mama melepaskan pekerjaannya dan memulai hidup baru di negara baru. Sayangnya cinta mama terhadap negri ini penuh dengan ambisi, ia begitu bertanggung jawab akan permasalahan kliennya, terkadang ia harus dibayar untuk memutar balikkan fakta. Tapi aku sudah memperingati mama jangan pernah melakukan hal bodoh seperti itu.


Dua tahun berlalu melewati badai masalah keluarga, dunia kamus penuh perjuangan, serta rasa yang masih berteka-teki, tak ada yang tahu saat ini aku hanya sekadar menyukai tapi tidak ingin memiliki, dasar perasaan yang aneh. Ucapku melamun memikir semua yang aku lewati dua tahun terakhir ini..


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar