Jumat, 31 Januari 2020

"Terpojok"


Merasa ingin dipuji. Tidak. 
Merasa ingin disaingi. Tidak. 
Merasa ingin dimengerti. Tidak.
Lantas, apa yang membuatmu terpojoki? 

Mereka menyalahkanku. 
Kenyataan yang ada terlibat perkara kecil.
Tidak ada yang memihak diriku.
Hanya dia yang mampu menetralkan lara.

Haduhh.
Kesal, marah, sedih, 
Dan sekarang dipojoki. 
Jahat ,  tak punya hati. 

Dengan begitu mereka tak berdosa.
Membiarkan aku merasa sedih sendirian.
Mengais penyesalan yang tak kunjung ada.
Kata menyerah, membuatku tertekan. 

Batin, penyesalan, kesakitan. 
Hancur, lebur, terbekam. tertekan.
Emosi tak bisa dipadamkan
Fikiranku kacau, tak tertahan. 

Berdoa semoga ada jalan. 
Hati tenang fikiran pun aman. 
Bersabar, berdoa, dan berusaha bertahan.
Semoga ada jalan menuju penyelesaian.


Kotamobagu , 31 Januari 2020

Selasa, 28 Januari 2020

VIRUS CORONA



Negara asia sedang dilanda candu. 
Sesuatu telah mengerogoti 
setiap tubuh negara itu. 
Menjalar kesetiap sudut pembuluh darah.
Mematikan setiap sistem syaraf.
Lalu apa yang terjadi berikutnya?
Esoknya banyak yang kritis. 
Hingga melihatnya begitu tragis
 banyak yang mati. 
Mirisnya mereka masih 
tidak paham dengan ujian ini.

Corona namanya menyebar
 keseluruh penjuruh dunia. 
Semakin hari membuat dunia menjadi terancam. 
Serangan ini sangat merisaukan manusia. 
Sekarang menjadi sorotan beberapa negara. 
Terbang bebas bagai burung diangkasa
Tak bergerak karna tak bernyawa
Terombang ambing di dunia yang fana
Hidup diantara lautan manusia yang ada. 

Tak tau arah dan tujuannya kemana.
Hinggap di tubuh setiap mangsanya 
Tanpa kata merasuk kedalam tubuh mereka.
Membuatnya lemah tak berdaya para manusia. 

Meracuninya ... 
Berkembangbiak bersama DNA-nya
Membunuh sel di tubuhnya
Tetapi sistem imun siap membantu manusia. 

Ilmuan sedang mencoba membuat antibodi
Untuk melindungi para manusia yang terjangkiti. 
Dengan begitu tetap saja 
menyerang untuk menyakiti. 
Dan, beberapa orang harus pasrah untuk mati.


Kotamobagu, 28 Januari 2020 

CERMIN- Tentang Hari Itu



Pada hari ke berapa jam ke berapa kita tak akan pernah tahu bahwa ternyata ada namanya hari itu atau hari terakhir. Malam dipenghujung sunyi, aku melihat suara jangkrik yang mulai berisik dengan suasana sunyi yang makin bertambah sepi. Malam itu, untuk terakhirnya pembicaraan kami berakhir begitu bahagia bagai tak punya masalah dan terdengar baik-baik saja.

Esoknya masih sama, berbincang dengan baik serta nyaman dengannya. Aku tak pernah berfikir bahwa hari itu adalah hari terakhir untuk mengenalnya , berbicara dengannya hingga menatapnya lama. Semangkuk batagor adalah makanan favorit kami. Eh tidak, sepertinya hanya aku yang menyukai batagor. Ia hanya memandangku lekat dengan bahagia sedangkan aku sibuk dengan perut keroncongku yang tak bisa diajak berkompromi.

Suasana jalanan cukup ramai hari itu, hingga pembicaraan kami masih berkelanjutan sampai sesat jalan. berjalan kaki bersamanya mengasikkan tapi sayangnya hanya sebatas itu. Maaf tidak lebih.

Akhir november lalu komunikasi kami tak sebaik hari-hari sebelum itu, ia sibuk dengan urusannya aku juga begitu. Jalanan hari itu basah, hujan hari itu benar-benar nikmat aku pun menikmatinya dengan mencoba untuk membasahi seluruh tubuhku. Mengigil, membiru serta melebam. Antara dingin bercampur tangan yang mulai membiru serta tak henti mata yang mulai perlahan berbicara lewat air mata. Sebaiknya aku diam. Ucapku dalam hati.

 Hari itu sangat membekas dalam album memori ingatanku, jika ada video dokumenter pasti akan aku abadikan didalamnya, sayangnya memoriku hanya sebatas kata dan aku abadikan dalam sebuah tulisan bertemakan,"Tentang Hari Itu".


Kotamobagu, 27 Januari 2020

CERMIN - Siluet Senja dan Mentari pagi.



Disetiap waktu menjelang sore kau selalu menggambarkan indahnya panorama penciptaanNya, disaat pagi menjelang matahari menyengat kulitku serta membangunkanku dari mimpi yang begitu panjang.

Ada kalanya kau menyimpan misteri ribuan tanda tanya dihati. Aku masih menyesap aroma kopi dan selalu ingin melihat pemandangan indah pagi itu. Ia memandangku tetapi hanya terlihat dari kejauhan beragamalah tetap jadi manusia, Bertuhanlah namun tetap juga jadi manusia berdamailah dengan beberapa perkara perjalanan hidup agar kau mampu membuat makna dari keduanya. 

Cahaya mulai meditasi dengan siang berbincang tentang kita dan berakhir dengan bahagia. Aku dan dia bagaikan air yang mengalir tanpa henti berbincang dari malam sampai pagi hingga senja mulai menyapa kembali aku masih tetap setia menunggu pembicaraan selanjutnya. Siluet senja menyadarkanku pada keindahan yang sempat kudewakan rasa ini mulai membutakan dan aku mulai tergiur dan merindukanmu.


Kotamoabagu, 28 January 2020

Senin, 27 Januari 2020

"Untukmu yang Pernah Singgah"- Chrday's 7

"Untukmu yang Pernah Singgah"

Aku sekarang aman dengan yang baru. Bukan berarti aku lupa denganmu sejarah tetaplah sejarah. Hidupmu dan hidupku pada hari itu tak sengaja Tuhan mempertemukan kita pada saat yang salah, singgah bukan berarti untuk dilupakan tapi diingat bahwa yang sedih atau pun bahagia tetap ada nikmat rasa sakit yang dititip untuk kita agar kita mampu bangkit bukan malah jatuh. Bagaimana tidak, ia melakukan perjalanan mengerikan dari tempat yang sangat tinggi, hanya demi sebuah kehidupan. Ia selalu datang kembali meski sakit yang kemarin ia rasakan pun belum sempat bertemu penawarnya. Ia adalah hujan waktu kemarin saat bersamamu. Lagi-lagi saat hujan selalu mempunyai kenangan terfavorit untuk di utarakan secara frasa. Hidup harus selalu diutarakan lewat kata agar setiap cerita selalu punya makna untuk dinikmati. 

Awan mampu menampung beberapa tetes hujan untuk mampu turun ke bumi, Ia terlihat baik-baik saja tak ada rasa kecewa jika hujan lebih banyak nikmatnya. Mereka itu sama , Sama-sama hanya dititipkan bukan untuk dimiliki. Sama seperti kita bukan hanya sekedar saling singgah dan pada akhirnya tak saling sapa dan akan berujunh dengan kata "Asing". Semoga saja itu menjadi akhir cerita hari itu. 

Dengar aku bahagia untuk sekarang. Esok, lusa. Aku tak tahu. Ini bukan persoalan karena dengan orang baru ,Tapi rasa sakit waktu itu mulai berlalu rasa itu begitu cepat bekerja dengan pelan dikenang tapi dengan jangka waktu yang kian berlika-liku.  Tidak sekali lagi bukan untuk dilupa tapi dikenang!.

Singgah kata paling benci didengar untuk sebagian wanita, karena singgah membuat kita tidak menetap lama dan ingin cepat-cepat berpindah. Pisah kata paling tepat disaat semua usai, umat manusia di uji dengan beberapa hal salah satunya ujian hati. Dengan berbagai cara menjelajahi hati tak semudah yang kita duga kita hanya perlu belajar dari masa lalu untuk menjadikan penggalan pengalaman cerita diakhir kisah lama. Atau mulai lagi saja untuk membuka cerita baru?. 

Selamat berpetualang hidup dan untuk menemukan yang baru sesulit melupakan yang lama, kita hanya perlu yakin saja apapun yang menjadi tolak ukur untuk menyatukan beberapa kubuh membutuhkan strategi yang jitu. Bukankan harus bertemu dengan kisah lama tapi membuat kita kisah baru bahwa semakin percaya
skenarioNya sudah diatur sesuai yang ditentukan. Jadilah hidup semakin bermakna dengan rasa sakit yang pernah singgah.



Salam Sastra
Kotamoabagu, 27 January 2020

CERMIN - FLU RINDU


*FLU RINDU* 

Sekarang aku benar-benar  sabar menunggu saat terakhir kali kau menatapku sendu membuatku harus mampu menguatkan diri untuk tidak bisa bertemu karena dibatasi oleh jarak. Keadaan membuat kita harus saling menunggu. Terlihat sakit membuatku tidak baik-baik saja. Aku tercenung. Sebegitu besarkah cinta kita?, Aku rasa kami sudah berjodoh. Tuhan punya jalan lain untuk mempertemukan rindu menjadi temu. Kualihkan pandangan. Menatap ke luar jendela. Hujan masih belum lelah juga mengencani siang yang hari itu membuatku malang terkena demam. Tangan, kakiku menggigil bibirku merah, badanku bagai air yang mendidih seakan darah hampir melebur dalam diri ini. Sontak aku tercengang mendengar suaramu dari ponsel yang terdengar begitu dekat. Aku katakan aku baik-baik saja,aku hanya tidak baik hanya karena flu. Iya namanya flu rindu obatnya hanya bertemu. Ucapku dengan lugu sambil duduk beradu argumen denganmu yang tak kalah ingin menatapku.



Kotamoabagu, 27 Januari 2020

Senin, 20 Januari 2020

“Ingat ALLAH tak PERNAH JAUH DARIMU”


“Ingat ALLAH  tak PERNAH JAUH DARIMU”
By : peserta PLP #2020 
Fatricia Putri Laadji 

Pagi itu suasana matahari mulai menyinari Kota Serambi Madinah atau yang kita kenal bersama Kota Gorontalo, Semua peserta diarahkan panitia untuk berkumpul di Mesjid Agung Baiturrahman disanalah titik kumpul semuanya dengan Komando korlap dan beberapa panitia lainnya termasuk Aku. Entah kenapa perasaan resah datang menghampiriku pagi itu, Aku dengan tenang dan tetap berfikir jernih untuk berfikir kembali ada sesuatu yang Aku lupakan. “Hm ,Yap benar sekali Map kuning Laporan kelompokku Aku lupa mengambilnya. Ucapku dalam hati sambil tetap fokus dengan arahan didepan. 

Jam menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh,Aku masih sibuk mencari cara untuk balik ke Ruang Jurusan untuk mengambil Map tersebut hatiku tidak tenang entah kenapa tiba-tiba tubuhku hampir limbung menatap semua peserta yang sibuk dengan bawaan mereka tanpa memperdulikanku mencoba kembali berfikir jernih, Sungguh saat  itu fikiranku kacau serta tidak tahu arah. “Kamu kenapa Dib?. Ucap teman sekelompokku yang menatapku binggung. Aku pun menjelaskan bahwa Map untuk Laporan keompok kita tertinggal di meja ruang jurusan , karena sebelumnya pada malam itu Aku sibuk dan fikiranku pun tak terfikirkan untuk mengambil Map tersebut. Teman sekelompokku yang tadi sempat bertanya pun berinisatif untuk meminjam motor lalu kami berdua pergi mengambil Map tersebut. “Adibah ayo kita balik lagi ke ruang jurusan untuk mengecek Map tersebut. Ucap Fatih yang sudah dimotor siap untuk berangkat kembali ke kampus tepatnya ruang jurusan, Aku pun masih bertanya kepada Ketua Jurusan apakah ruang itu terbuka dan jawaban beliau pagi seperti ini ruang jurusan pasti sudah terbuka kita pun bergegas untuk mengecek kembali Map tersebut , Perjalanan kami membutuhkan sekitar lima menit sampai dikampus dan kami langsung bergegas ke ruang jurusan saat itu Aku benar panik dan takut karena hanya itulah yang akan kami bawah untuk Observasi ke sekolah, sangat disayangkan pencarian kami pun nihil Map tersebut di setiap meja dan lemari tidak ditemukan sama sekali Aku tak bisa menahan rasa amarahku sampai Aku pun meneteskan air mata , Aku terlalu ceroboh dan sampai lupa persiapan untuk PLP hari itu Aku pun menyalahkan diriku . “Sabar Dibah semua pasti ada jalannya kamu nggak salah kok, yang salah itu ketua kelompok nya yang nggak becus mengurus Map untuk laporan kelompok kita. Ucap Fatih menenangkan, serta amarahnya pun keluar menyalahkan ketua kelompok kami.

Dengan mendengarkan perkataannya hatiku pun sedikit tenang walau pun masih ada kerisauan dalam benakku,sepanjang jalan aku berdoa agar selalu dipermudakan olehNya serta diberikan kemudahan dalam segala urusan tak berhenti Aku pun berserah diri sambil  mengangkat tangan dengan menunduk pasrah dalam keadaan berboncengan dimotor yang semakin melaju untuk kembali ke titik tempat kumpul kami. Jarum jam pun tak pernah berhenti bergerak, waktu pun menunjukkan pukul tujuh tiga delapan sekitar delapan menit perjalanan kami pergi dan kembali melihat Bus masih terparkir rapi dan semua peserta sudah masuk di dalam Bus tersebut aku pun turun dari motor dan langsung menaiki bus tersebut dengan tatapan kosong Aku masih belum bisa menenangkab perasaanku masih terasa kacau dan campur aduk di ikuti langkahku dibelakang ada Fatih setelah Aku naik dua menit kemudian Fatih naik dengan suara tergesa-gesa karena sempat berlarian ia pun mengatakan” Dib, Map nya aman ternyata Pak Kajur sudah mengambilnya. Ucapnya sambil berkeringat karena berlarian. “Alhamdullilah . Ucapku hatiku pun sudah tenang mendengar perkataan Fatih. “Makanya konfirmasi dulu sama Pak Kajur baru kita bergegas pergi. Ucap Fatih sambil tersenyum. “Benar juga  sih,maaf tadi Aku terlalu panik. Ucapku senyum malu. 

Perjalanan kami memakan waktu cukup lama 12 jam perjalanan dengan beberapa drama yang kita lihat sebelum berangkat membuat perasaanku kembali bahagia lagi semua Bus melihat adegan yang tak seharusnya kita lihat, Temanku bernama Azzahra yang sudah menikah di usia muda sebelum berangkat pamit pada suaminya dan suaminya pun mencium mesra jidat Azzahra dengan berat hati sambil berpelukkan, air mata pun tak bisa dibendungkan mereka berdua pun saling melepas kepergian dengan pelukan terakhir, setiap peserta yang sudah ada di dalam Bus pun semua terbawa perasaan melihat adengan tersebut Aku pun merasakan hal yang sama sambil senyum sendiri tidak jelas.
 Kemudian satu per satu Bus mulai berjalan dan keluar dari area Mesjid Baiturrahman untuk berangkat ke Manado Sulawesi Utara. Sepanjang jalan Aku mulai menulis disetiap imajinasiku untuk membuat narasi yang bisa menginspirasi orang saat membacanya, Aku tahu jika tidak berusaha maka sama saja sia-sia jadi jika kita berusaha tanpa diiringi doa maka semuanya tidak berguna dengan hati yang mulai kembali gembira sadar Allah tidak pernah sekali pun menutup mata untuk hambaNya yang lemah, dari sinilah Aku sadar Allah tak pernah jauh dariku sekali Aku pernah melupakanNya maka tetap saja Allah akan luluh akan hambaNya yang rapuh tak berdaya serta mengangkat kedua tangan dengan tulus dan berdoa dengan yakin bahwa tiada besar kuasaNya yang maha mengetahui lagi maha melihat pemilik alam semesta yang mampu memberikan segala sesuatu yang di anggap hambaNya mustahil menjadi tidak ada yang mustahil dimuka bumi ini, Aku harap tadi adalah pelajaran berharga bahwa kecerobohanku bisa membuat pelajaran berharga bagiku agar lebih berhati-hati dan disetiap urusanku akan Aku libatkan Allah SWT dalam setiap urusanku.

Setiap perjalanan pandanganku menatap jalanan dengan penuh bertanya selain itu apa lagi yang akan Allah uji padaku sesampai di manado, Biarlah rasa lupa selalu melandaku asal jangan sampai lupa pada Sang Pencipta yang maha segalanya. Gumanku dalam hati.

Sesampai kami di sebuah tempat yang sudah tersedia kami pun beristirahat diri dan menenangkan jiwa untu berfikir kembali , Tempat itu tak senyaman yang dibayangkan bahkan kalau pun ada yang mau menetap disitu mungkin entah bagaimana orang itu akan bertahan tingal ditempat seperti itu. Realita dan Ekspetasi berbeda dengan tempat ini realitanya bahwa nyaman dan sebagainya tapi ekspetasinya , kebalikan dari itu, Ingat kenyataan tak bisa direduksi dari satu sisi saja entah sisi positif maupun negatif serta harapan yang kita percaya bakal terjadi, tetapi berbeda dengan realita yang ada miris nya mereka tak merasa bersalah sekali pun dengan tempat tersebut beberapa oknum mampir untuk berbahagia dan beberapanya lagi beradaptasi dengan peserta yang ada , dasar tipuan semata. Ucapku nihil melihat keadaan yang ada. 

Mendengar isu beredar ada beberapa orang yang jadi kambing hitam termasuk Aku, sayangnya beberapa orang berpendapat sama saja. Andai saja Allah SWT memperlihat cctv asli pada mereka mungkin mereka tak termakan berita yang beredar, dengan hati lapang dan penuh doa Aku menyerahkan semuanya yang maha segalanya yang tahu segala niat baik atau pun buruk hambanya. Jam menunjukkan pukul dua belas malam rasa gerah menghampiriku dan teman-teman sekamarku, sejujurnya kami memang tidak nyaman dengan situasi tempat ini tapi mau tidak mau atau suka atau tidak suka kami harus bertahan empat hari kedepannya ditempat sepeti ini,bersyukur sajalah intinya observasi ke sekolah menulis laporan ,lalu pulang dengan selamat itulah peganganku sekarang.

Matahari mulai mengintip ke bumi dengan pesona sinarnya ,dan Maha Pencipta yang memberi bumbu keindahan didalamnya membuat pagi itu terlihat suasana sejuk dan tenang ditempat ini 4 hari kedepan akan ada suka maupun duka didalamnya. Inilah cerita kami dimulai  di Kota Manado dengan tempat serta waktu yang sudah ditentukan kami semua peserta PLP 1 dengan jumlah 143 peserta sudah di atur oleh panitia untuk berkelompok, Setiap Bus terdiri 23 peserta tambahan ada juga 2 panitia, kami dengan pakaian batik serta bawahan hitam kami semua siap untuk turun disekolah untuk melakukan observasi sebagaimana sudah ditentukan dalam buku panduan Digital ada pula Form atau laporan. Bus kami adalah bus pertama yang berangkat paling depan diikuti bus lainnya, Supir pun membelokkan ke kiri untuk menuju sekolah yang sudah ditentukan yaitu Min 2 Bailang dan Ponpes MA Assalam dengan kilometer yang tidak terlalu laju dengan kemacetan pagi itu membuat riuh jalanan. Salah satu anggota kami pun berinisiatif untuk menggunakan Google Maps untuk cepat sampai menuju sekolah yang kami tujuhkan.

 “Eh gaes bagaimana pakai Google Maps saja agar cepat sampai pada tujuan. Ucap Bima yang sedari duduk disamping supir. 
“Ya sudahlah kita ikuti saja biar cepat sampa dari pada Bus lainnya. Ucap Vio menyetujui sambil bertanya pada teman-teman yang tidak ada respon. Belok kan demi belokkan kita lalu sampai pada satu Gang yang terlihat sempit, “Eh bus disini bisa keluarkan. Ucap Dika. “Iyalah kan sudah menggunakan Maps masa nyasar. Ucap Bima penuh dengan keyakinannya. 

Sampai pada jalan yang terdapat mobil derek dan ada beberapa mobil lainnya, Sopir pun terlihat binggung jika maju jelas sangat nihil akan berhasil keluar adalah pilihan terakhir mundur kembali ke jalan awal yang membuat Bus terjebak jalan buntu, Setengah jam berlalu Bus belum bisa berbuat apa-apa sebab tidak ada tempat untuk berputar semua peserta dalam bus binggung serta sudah jam 08 : 30 AM, sudah hampir setangah jam tapi tetap saja belum menemukan jalan untuk keluar dari Gang kecil ini semua peserta pun riuh menyalahkan Bima karena ide nya yang cukup berlian”Bodoh” sampai Bus yang kami naiki harus terjebak seperti ini. 

Beberapa orang membantu untuk Bus bisa berbalik arah ke jalan besar tak disangka percobaan pertama pun gagal , dengan begitu banyak peserta membuat Bus sangat susah untuk berbalik arah supir pun mengatakan para penumpang diharapkan turun agar mudah bisa berbalik arah peserta pun mengikuti arahan supir, Aku dan diikuti teman lainnya pun turun dalam hati Aku berdoa semoga Allah SWT mempermudah segala urusan ini ,sebab waktu cepat berlalu dan beberapa menit Bus bisa berbalik arah ke jalan besar dan seperempat jalan Bus mengalami kendala lagi bahwa ban belakang bermasalah ,kami pun harus turun kembali dan menunggu Bus selanjutnya. Beberapa saat kemudian bus yang kita nantikan datang dengan perasaan gembira
kami pun naik bus lain agar tidak menghabiskan waktu percuma berada disini, Tak memakan waktu lama sudah sampai di tempat tujuan dengan catatan kami akan dijemput sebelum jam 12 siang ,kami pun setuju dengan kesepakatan tersebut.

Berpijaklah kelompok kami  di sekolah Ponpes Ma Assalam Manado, pembimbing kami pun mengarahkan dan guru yang berada disekolah itu menyambut kita dengan baik dan ramah kami pun senang bisa diterima dengan baik disekolah ini. Beberapa orang pun berbagi tugas untuk melakukan observasi disekolah ini dan, berhubung siswa dan siswi dipisahkan karena sesuai peraturan yang ada Aku pun bertugas menjadi seorang guru dikelas kelas XI B siswi nya menerima kita dengan baik dan sopan santun , kami pun memulai melakukan observasi sesuai pedoman yang kami baca .
Siswi pun senang adanya kehadiran kami sampai ada beberapa siswi yang minta nomor whatsApp mungkin mereka nyaman dengan cara mengajar kami, selepas beberapa edukatif serta motivasi yang kami tutup untuk mengakhiri pelajaran ini kami pun memohon maaf jika ada salah kata sebab kami pun masih belajar. Setelah itu kami pamit dengan guru yang berada di sekolah itu serta berfoto untuk mengambil momen ,lalu Bus pun menjemput kami pun lanjut ke kampus IAIN Manado selepas dari kampus IAIN manado kami pun sholat di mesjid kampus tersebut dan makan dan melanjutkan kegiatan yaitu Dialog Regional Program Studi Pendidikan Agama Islam setelah setengah jam berlangsung kami pun menuju Kawasan Megamas disana semua sibuk dengan kebutuhan masing-masing. 

Adzan pun mengema disatu penjuru mesjid dan dengan toleransi yang sangat dijaga tanpa menyinggung agama lainnya adzan dengan merdu menandakan waktunya kita bergegas menunaikan sholat sebagaimana mestinya adalah kewajiban. Setelah selesai , kami pun makan malam dan ada beberapa perdebatan kecil yang membuat sedikit riuh beberapa orang pun menenangkannya selesai perdebatan setiap bus pun bergegas kembali ke Penginapan.
Beberapa orang harus tinggal dalam kenangan bukan untuk dikenang tapi untuk dilupakan , hari itu setiap tulisan selalu menggunakan Analogi istilah, terutama hati. Itulah caraku untuk memulai menulis setiap rinci pelajaran baru hari itu yang kian berlika-liku yang harus  dijalani. Mengartikan rasa lewat logika dengan sejuta peristiwa-peristiwa yang terjadi di Mess Haji Manado membuat Aku melihat kembali keimanan seseorang mampu diporak-porandakkan syetan,Beberapa orang kerasukan dan entah kenapa beberapa orang berpura-pura jadi-jadian padahal  akal mereka sehat mungkin karena lapar yang melanda hari itu mereka tak bisa berfikir jernih, setelah kejadian itu Aku pun mengambil kesimpulan amanah yang diberikan adalah tanggung jawab yang besar permasalahan kecil atau pun besar intinya jika kita melibatkan Allah SWT setiap sela-sela permasalahan kita maka semua akan dipermudahkan. 

Pagi hari ini tak seindah pagi yang pertama kali menyapaku, kini pagi ini semua diam membisu tak berkutip sibuk dengan urusan masing-masing sampai ada yang bahagia menetap,ada yang ingin sekali cepat kembali, ada pula yang menyesal datang ada pula yang membuat suasana riuh dan ada pula beberapa orang yang tidak tahu menahu persoalan rumit yang dikabarkan berita yang beredar tersebut.  Sekarang mari kita mengulang dari awal? , saling memaafkan dan saling melupakan, bukankah Allah SWT sudah katakan dalam surah(Q.S Ali Imran: 134), untuk saling memaafkan sesama hamba ingat tak ada hamba yang pintar bijak atau pun sempurna ,Tapi hamba yang mau mengakui kesalahan dan saling memaafkan. Indah bukan jika kita saling memperbaiki diri? , belajarlah dari kesalahan itu dan buatlah menjadi pengalaman berharga bukan untuk orang lain tapi untuk diri kita sendiri sekali lagi “Ingat Allah tak pernah menjauh darimu,Tapi kamu yang perlu mendekatkan diri lagi”.


Gorontalo,21 Januari  2020

Senin, 06 Januari 2020

"Lebih Cinta menulis dibanding KAMU"



"Lebih Cinta menulis dibanding KAMU"
Fatricia Putri LM 

Cut Ara Darmawati ,umur 20 tahun dan tidak lanjut kuliah karena membantu Ibuku,Aku sering disebut Ara tinggal bersama ibuku bernama Tari KumalaSari di Lhokseumawe lebih tepatnya sebuah kota di provinsi Aceh, Indonesia. Kota ini berada persis di tengah-tengah jalur timur Sumatra. Berada di antara Banda Aceh dan Medan, kota yang sering disebut Serambi Mekkah. Sifat tegas Ibuku mengharuskan aku selalu saja dibentak,dimarah dan diperlakukan kasar olehnya. Tapi harus bagaimana Aku tak punya siapa lagi, Ayahku meninggal tenggelam saat hendak menolong Aku waktu kecil, adikku tak bisa bertahan seminggu meninggal karena penyakit.

 Pada hari itu Aku bertemu tak sengaja dengan beberapa pembeli yang sedang ingin membeli Minyak Sawi , dan saat itu pula Aku sedang menulis sebuah puisi berjudul "Jangan Berhenti Menyerah",Aku pun sedang sibuk membungkuskan minyak sawi tak sadar bahwa orang yang membeli tadi  ia membaca puisiku ia sedang menelusuri Lhokseumawe dan sedang mencari sejarah tentang kota tersebut.

"Nak, umurmu berapa? Tanyanya ramah.

"20 tahun, mengapa? Jawabku.

"Mau tidak duel Antologi cerpen bersamaku. ucapnya. "Maaf aku tidak ikut yang seperti itu. Eh,kau membaca puisiku? Ucapku kaget.
"Perkenalkan namaku Dyah Ayu Ningsari, mungkin umur kita tidak jauh berbeda aku umur 25 tahun, beda 5 tahun sama kamu. Ucapnya masih tetap ramah.

"Maaf sayangnya aku tak mau ikut Duel Antologi seperti yang kau bilang tadi, aku mau membantu Ibuku. Ucapku menolaknya.
"Baiklah, ini nomor telfonku bisa kau hubungi kapan saja kau ingin ikut. Ucapnya langsung meninggalkanku.

Seminggu kemudian aku jenuh, kumpulan puisiku hanya selesai ditulis dan tak ada hasil apapun. Ponsel saat itu masih sangat kuno, lebih kuno dari Nokia. Jadi aku meminjam ponsel tetangga untuk menghubungi Mba yang tadi membeli minyak sawiku.

"Assalamualaikum,Mba saya yang waktu itu penjual minyak sawi. Ucapku.

"Waalaikumsalam, Oh iya. Sudah berniatkah gabung dengan saya?

"Iya tapi, aku hanya punya beberapa naskah puisi sederhana tentang kotaku. Ucapku lesuh.

"Tak apa, besok kita bertemu ditempatmu nanti akan aku jelaskan beberapa hal tentang duel Antologi Cerpen dan puisi,ucapnya.

"Baiklah. Ucapku semangat.

Resah, gundah, biasa disebut Gegana Gelisah galau merana inilah perasaanku sekarang, takut untuk bertanya pada Ibu, bahwa ingin mengikuti hal yang konyol yang belum pernah aku ikuti otakku terkuras memikirkan rencana untuk bertanya.

"Bu, bolehkah besok aku tidak menjual Minyak Sawi? Ucapku Pelan dengan nada rendah.

"Ara,tau besok hari apa?,tanya Ibu Tegas.

"Senin bu,Ucapku Takut.

"Dagangan akan rame dihari itu, masa kamu mau pergi nggak jelas kemana. Sudah jualan saja yang benar biar kita cepat pindah dari kota ini. Ucap Ibu tegas sambil berapi api. "Baik bu, ucapku pasrah. Tapi tak luruhkan semangat serta niatku untuk pergi dengan kata seperti itu membuat hatiku hancur seketika , kadang aku berfikir anak lain bisa kuliah sedangkan aku tidak. Susah tinggal dikota seperti ini dengan keadaan seperti ini. Keluhan pun terus saja  bercampur aduk dalam benakku capek, kesal, marah menjadi satu perpaduan rasa yang sama.

Pagi itu terlihat Ibu sibuk, dan tak memperdulikanku. Entah, dibenakku aku ingin sekali berjumpa dengan Mba yang kemarin membeli sawiku. Jam menunjukkan pukul 8 pagi, bergegas pergi itu rencanaku tanpa sepengatahuan Ibu aku pun pergi diam-diam dan langsung mengendarai sepeda bututku. Jarak yang aku tempuh terbilang cukup dekat,jadi tak memakan waktu lama.

Sosok wanita yang tepat berdiri didepanku dengan memakai Hijab sederhana,terlihat bahwa ini Mba yang kemarin membeli minyak sawiku.

"Permisi Mba? Ucapku kaku.

"Eh kamu sudah datang, udah minta izin ibu mu?. Tanya Mba.

"Sudah. Bohongku sambil mengaruk kepala yang tidak gatal.

Kami pun pergi ke beberapa museum diKota Lhoksuemawe,dan sambil bercerita hal yang sederhana. "Besok kirim saja naskahmu di Kotak Surat nanti aku akan membacanya. Ucap Mba Dyah. Aku pun mengiyakan saja, tapi pada hari itu juga beberapa naskahku dikirim lewat kotak surat.

"Baik Mba Dyah, ucapku sebutan Mba Dyah karena menghargai ia lebih tua dari pada Aku.

Soalnya dengan sedikit penat aku pun pulang,tanpa sadar Ibu sudah didepan pintu sambil memegang Rotan yang terbuat dari bambu kuning yang dipahat rapi,dengan tatapan wajah sinis dan mukanya Berapi Api ,dan tatapan tajam melihat kearahku. Aku pasrah, toh kalau mati hari ini naskahku sudah Aku kirim tadi pasti tetap akan abadi seperti tulisanku. Ucapku pasrah.

"Ara? Sudah berani bohong sama Ibu kamu yah? Ucapnya dengan nada tinggi . "Ara hanya sebentar keluar kok Bu, cari angin. Ucapku polos.

"Plakkkkkkk, pukulan keras pertama membuat aku terhempas jatuh, mengenai betisku. Sakit, sampai merah kulitku, bagai tersayat sampai didalam tulangku.

"Umur tidak menentukan kita dewasa, tapi umur bisa membuat kita pantas diperlakukan baik"
-AD

Aku tak kapok untuk melarikan diri kedua kalinya,Aku berencana untuk tak pulang lagi kerumah, ke kota ini, atau pun menginjak kaki ditempat yang seperti neraka ini. Aku pun meminta bantuan Mba Dyah, Syukur ia mau membantu aku.

Dengan beberapa rencana Aku pun persiapkan rencana yang matang agar tersusun secara baik agar Ibuku tak curiga,hari itu Ibu tidak sedang dirumah Aku melihat kamar Ibu dan mencari beberapa hal ganjil yang masih terlintas dalam benakku, "Aku ini benar, anaknya atau bukan? ,Karena Aku tak pernah melihat Ayahku,  atau pun adikku aku hanya mendengar cerita mereka meninggal dari Ibu. Aku pun mencari kepastian dengan bukti foto masa kecilku dulu tak satu pun Aku menjumpai gambar masa kecilku,  Aku melihat sepucuk surat dan sebuah kalung liontin bertuliskan "Untuk Ara Anakku" Dari Bunda Ara Pangkal Pinang Belitung-
"Belitung?,Seperti nya itu kota kelahiranku sebenarnya hati Aku seperti teriris, sakit memang sakit entah mengapa dipertemukan dengan Ibu yang begitu jahat memperlakukanku . Selama ini Aku dibodohi, dibentak dan dipukul Aku selalu sabar tapi ternyata Aku ini bukan anak Kandungnya.Pantas saja ia tak menyekolahkanku agar aku tak jadi pintar, seperti anak lain. Dan sekarang aku sadar aku harus mencari Ibu kandungku.
Rencanaku pun mantap untuk pergi, dan tak akan kembali. Aku berpesan lewat sepucuk surat,bertinta biru.

"Jangan cari aku, biarlah aku berkelana dan menemukan Bundaku"

Aku bergegas dan pergi tak menoleh kerumah itu lagi.

Beberapa bulan aku ikut bersama Mba Dyah, aku tinggal sementara sampai mengikuti beberapa lomba dan event serta Mba Dyah sudah jadi manajer tetapku, Aku pun selalu menang dan mendapatkan Apresiasi uang, serta sertifikat dan piagam.
Umur yang sudah menginjak 20 tahun menjadikanku salah satu penulis muda, di Lhokseumawe Kota Aceh. Sungguh sangat membuat aku bangga pada diriku,walau tak punya ijazah perguruan tinggi, Tapi Allah subahana Wa Ta'alla telah membuat skenario lain dengan bakatku aku bisa mencapai puncak kesuksesan.

Sebulan Aku tinggal DiLhoksuemawe aku tak pernah mengunjungi Ibu angkatku lagi ,aku pun mengumpul uang untuk menelusuri Kota Pulau Bangka Belitung Cintanya Aku dengan menulis Sampai menjelajahi beberapa negara, seperti ,Camarines Norte, Filipina. Kobe,Jepang, Istanbul, Turki,Edinburgh, Skotlandia. Ada salah satu kota yang inginku telusuri lebih dekat yaitu Pulau Belitung, di Indonesia yang melahirkan Pahlawan Sastra Andrea Hirata Karya Terkenal Seri buku “Laskar Pelangi", Aku ingin mengangkat cerita dari beberapa negara sampai terhimpun dalam Pulau Bangka Belitung selain itu Aku ingin mencari bunda. Dan semua biaya transportasi dari aku mengikuti Event lomba, festival, hingga ke Mancanegara.
Mba dyah selaku manager pun menyepakati bahwa aku pergi Ke Pulau Bangka Belitung. Hari itu juga Aku dan Mba Dyah terbang dengan penerbangan maskapai Air Lion, dan sampailah pukul 5 sore  diBangka belitung.

Pada saat sampai senja sore yang menemani kita kala itu, sampai aku tak sadar sungguh indah kota Bangka belitung. Baru menginjak kaki disini membuat diriku awam, dan binggung, Mba Dyah pun membantuku. Kami pergi ke Pangkal Pinang dan mencari bunda terkuras semua tenaga kami, sampai  berhenti disebuah rumah makan untuk mengisi tenaga lagi untuk mencari Bunda. Hari ini pun pupus pencarian Kami,Tak menghasilkan apa-apa kami pulang dengan lapang dada.

Malam itu patah hati terberatku tak bisa jumpa dengan Bunda, Aku pun menulis sebuah Puisi "Sosok Bunda, Tak ada gantinya" ,puisi itu pun terkandung bahwa Aku rindu akan Bunda,ingin bertemu,memeluk hingga mencium bunda.
Puisiku pun diterbitkan oleh Penerbit Erlangga PT, dan sudah dibukukan dalam jangka waktu 1 minggu puisiku banyak dicari dan diminati Dikalangan anak muda serta Sastrawan muda yang ada diBelitung, Mba Dyah bangga dengan Aku karena mampu mempunyai jiwa penulis muda yang sedang naik daun, dan menjadi Best Seller  disetiap toko buku diIndonesia.
Pada hari mulai menampakkan malamnya,matahari pun perlahan turun dan tinggal jingga yang kemerahan yang menemani penat hari ini.

"Mba Dyah ada orang yang ingin berjumpa dengan Ara. Ucap pelayan hotel yang kami tempati. Mba Dyah pun mengizinkanku.
Aku melihat dari lekuk tubuh yang sudah rentan dengan baju sederhana dan jilbab yang ala kadarnya aku melihat Apakah ini orang yang ingin berjumpa denganku?. Aku pun memanggil dengan sopan.

"Permisi,anda mau bertemu dengan Saya? Ucapku dengan nada pelan.
Sosok wanita setengah paru baya dengan wajah sendu dan air mata menetes diwajahnya,ia langsung memelukku dengan erat. Aku hanya terdiam sejenak, sampai aku tak sadar siapa yang ada didepanku. Wanita itu pun menjelaskan,Aku Ibumu Nak aku Rahmi Ayu Anjani Istri pertama ayahmu. Ia menikah lagi dengan Janda anak satu, ia membawamu paksa pada hari itu,"Aku mencarimu Nak. Ucapnya memecah Kesedihan suasana diruang kala itu.
Pelukan pertama yang berarti bagiku, membuat aku merasakan kenyamanan hingga lupa untuk melepaskan pelukan itu.

 "Aku hanya mencari bunda lewat tulisan ku dan dipuisiku Aku cantumkan namaku agar bunda kenal aku. Ucapku menjelaskan pada Bunda. Untuk pertama kalinya aku memanggil dengan sebutan Bunda.

"Tidak Nak, aku mengenali sejak namamu ada dirak buku Best Seller, aku adalah karyawan disebuah toko buku swasta dan aku mencari keberadaanmu Nak. Ucap Bunda sambil memeluk erat diriku.
Tak perlu menjelaskan lagi, aku pun memeluknya kembali, Sadar tidak bahwa Tuhan telah menitipkan kita bakat untuk mencari kebahagiaan didalamnya,Tapi tanpa sadar dengan bakat kita bisa dipertemukan dengan orang yang terkasih.
Kecintaan kita pada satu hal menghadirkan sosok yang berarti dalam hidup kita, Dan lebih tepatnya lebih Cinta menulis,Dibanding kamu yang memperlakukan Aku tidak baik.


***


Fatricia Putri LM
Gorontalo,January 07 2020 01 : 14

"Biodata narasi"
Nama asli : Fatricia Putri Laadji
Alamat : jln mawar 53 rt 08 rw 03 kampung baru,kota kotamobagu. Sulawesi utara 95711.
No hp : 085254372223
Email : fatriciaputrilaadji08@gmail.com
Instagram : @fatricia_putri / @wanitasenjaa_
Blog : www.fatriciaputrilm.blogspot.com 
Message : “never stop writing,if your hobby is going to help your succeed.”.

Kamis, 02 Januari 2020

"Benalu dan Harapan"



Aku bukan benalu yang menjalar selalu. 
Jingga mulai terhempas tak seindah dulu. 
Siklus hidup menari ria dalam hidupku. 
Baiklah. Aku hanyalah bayangan semu.
Yang membutuhkan nahkoda penggerak jalanku. 

Di naungan awan berkawanan putih. 
Setiap biru langit melukis kisah berwaktu. 
Pesan singkat mampu mengarahku padamu. 
Mulai tahun ini harapan yang telah berlalu akan luruh. 

Diputaran waktu yang kian terbit. 
Membisikkan harapanku pada doa. 
Yang menjalar liar di ranting otakmu. 
Ingat aku bukanlah Benalu.
Yang siap kapanpun kau temui. 

Melapuk perlahan kisah dahulu.
Serta terbenamnya kembali menitip guratan-guratan semu. 
Hingga usai merayap perjalanan yang tak perlu. 
Merapuh, Melepuh, melebur dalam sanubariku. 
Adaptasi hidup mengarang semuanya
 menjadi satu. 
Menunjukkan keberanian
 tanpa sedikitpun rasa ragu. 
Terimah Kasih waktu ,
 terlalu cepat siklusmu berlalu.
Terlalu lama berimajinasi hinggaku, 
lupa bahwa sudah tahun baru. 



Gorontalo, 03 January 2020



"Aku ,Kamu dan Tahun 2020"



Walau bibir terdiam tak ada suara. 
Tapi , mata mampu berbicara lebih jelas, 
Kelemahan terlihat ketika Air 
mata sudah tak lagi 
membendungkan perasaan.
Terdiam dalam bahasa
 dilafalkan soal rasa. 

Sembunyi dari jejak rahasia.
Menggapai Angan yang merepotkan fikiran. 
Bulan January meniupkan badai pelita cinta. 
Dikemas rapi dalam pelupuk mata.
Untuk segala sudut kamu
 selalu jadi biang bahagiaku. 
Senyummu mengalahkan
 mentari yang kian menyinari. 
Salahku yang terlalu 
drama soal hati. 
Hingga semuanya menjadi 
rumit setengah mati. 

Kisah kita biarlah terperangkap diruang sepi.
Inginku ukir beberapa kisah tangis,
tawa tentangnya. 
Aku mampu berandai terbangun 
dari mimpi yang buruk. 
Berimajinasi terlalu memakan
 masa lalu yang kian usai. 
Lagi-lagi aku masih terperangkap
 didunia rasa.
Dijabarkan untuknya yang diam-diam
 kusebut dalam doa.
Semoga tak salah arah memilihku
 untuk hidup bersama.



Didedikasihkan pada manusia yang mampu bertahan untuk rasa dan waktu yang kurang tepat ! 

Gorontalo, 02 January 2020