Kamis, 28 Februari 2019

Longsor Melanda Tanah Mongondow



 "Longsor Melanda Tanah Mongondow"

Berserakan tubuh-tubuh penuh dosa. 
Tertindih reruntuhan bebatuan.
Berharap melanjutkan kehidupan mereka. 
Berdoa dan berusaha kuncinya. 

Mengeluh, mencoba, menyusup dicela. 
Wajah-wajah memerah penuh darah. 
Pengap, gelap,terdengar suara merdu ayam. 
Lewat celah ternyata masih subuh!

Demi sesuap nasi!. 
Tak dipungkiri menyisahkan tangis. 
Histeris, hingga mengikis hati. 
Keringat lelah tak terbayarkan secara gratis

Nyawa taruhannya! 
Demi rupiah yang tak seberapa.
Tertimbun ratusan manusia. 
Hanya tersisa beberapa yang terluka. 

Apakah ini teguran dariNya? 
Tanah,bebatuan, jadi saksi. 
Manusia melanggar sanksi dunia. 
Hingga tragedi ini harus diterima.



Oleh : Fatricia Putri LM
KOTAMOBAGU, 01 maret 2019
Mengenang para penambang lokasi Bakan.

Senin, 25 Februari 2019

Rindu Berujung Pena



"Rindu Berujung Pena". 

Ku tuliskan balutan tinta biru. 
Ku intip bahwa hati masih rindu. 
Hingga masih menggebu gebu. 
Rintihan usaha telah bersatu. 

Hati tak bisa mengobrol lewat rindu. 
Tapi setiap untaian kata menjadi kelabu.
Janganlah kamu sampai keliru.
Tancapkan dalam balutan tinta biru. 

Berakhir syahdu,diantara malam berabu.
Berujung menjauh,dan berlabuh
Sedih ini tak bersambut,tak ada lagi aku. 
Bermuram dibalik senyum tak dapatimu.



Oleh : Fatricia Putri LM
Kotamobagu, 25 Februari 2019

Sabtu, 16 Februari 2019

Senja Bernama Doa


"Senja Bernama Doa"


Syahdunya ku berdoa untukmu. 
Tanpa rasa takut padaNya. 
Diujung ufuk,ku duduk menunggu.
Dalam ketidakpastian rasa.

Terbelenggu dalam bait bait doa. 
Langit menampakkan senjanya. 
Tersipu malu ku menatapnya. 
Hingga diam menjadi sebuah alasan nyata. 

Menanti dan tak kunjung pasti. 
Hingga sekedar sapa, menjadi rumit. 
Jarak kita menjauh dan hanya  hati menjadi saksi. 
Langit pun jadi saksi,saat senja tiba ku hanya berdoa agar kita pasti pasti. 

Tapi kenyataan pahit yang ku terima adalah mundur perlahan. 
Alasannya hanyalah sebuah formalitas. 
Diam diam ada seorang pecandu doa. 
Menjadikan kita berhenti pada perbedaan rasa. 

Ku titipkan saat senja jatuh. 
Ku titipkan semuanya dalam kekuatan doa. 
Ku titipkan dia agar selalu terjaga. 
Ku titipkan bahwa jika jodoh dia akan kembali jua. 

Senja itu dia.Tapi tidak lagi,
entahlah! tak pasti. 



Fatricia Putri LM
Kotamobagu, 16 februari 2019

Sabtu, 09 Februari 2019

Ku kira Aku


"Ku kira Aku"

Aku bersedia memperjuangkanmu. 
Ternyata aku keliru. 
Menunggu kamu. 
Dan kita bagai semu. 

Dia cari-cari,bukanlah Aku... 
Aku bukan kebutuhan.
Tapi sebuah pertanyaan tanpa jawaban. 
Ku jadikan dia prioritasku,Lagi-lagi bukan Aku! 

Menilai awal ternyata tak selalu benar. 
Menomorsatukanku bukan tujuan utamanya. 
Nyatanya dia tak pernah menanggapku lebih
dari seorang teman! Selagi aku mampu kawan! kataku. 

Ketika aku menghilang.
Ku pikir dia akan merindukanku.
Hingga aku kembali,dan tersadar. 
Ku kira Aku,ternyata bukan!




Oleh : Fatricia Putri LM
10 Feb 2019

Pesan Dari Semesta


"Pesan Dari Semesta"

Telah banyak yang telah disampaikanNya
Sensasi perjalanan yang berbeda. 
Lalu membawa hasil yang harus diterima. 
Catatan tersimpan dalam pena kejujuran 

Semua memiliki aturan, lalu? 
Mengapa terjadi benturan adu spekulasi?
Sehingga kesan diambil tidak beraturan. 
Hingga datanglah pesan dariNya. 
Yang dianggap sebagai teguran. 
Pesan dari Semestakah itu? 
Atau hanya semua batas nalar manusia saja. 

Ingat dan waspadalah! 
Kursi-kursi alam telah goyah. 
Angin surga tak tahu arah. 
Hujan masih menentukan keputusan Zeus. 

Entahlah Zeus melecutkan petirnya.
Dan, saling memperebutkan mahkota dengan medusa. 
Seperti manusia yang masih mengutamakan duniawi, dan hanya lewat bencana kecil pesan itu tersampaikan!.


Oleh : FatriciaPutriLM


09 Februari 2019
Back to inspiration!