Jumat, 07 Desember 2018

Mendung Asap Robusta



"Mendung Asap Robusta"

Terlampau air mata
Canduku kau abaikan. 
Bak awan hitam robusta.
Bautnya mati perlahan

Senda gurau tak kuabaikan. 
Nisan tinggal nama. 
Sekelebat hati jadi tawanan. 
Bermukim dalam sahara. 

Pulang tak kembali. 
Alih alih jadi saksi bisu. 
Awan kali itu tak kembali. 
Terkepal hangatnya robusta. 

Menjadi pengaduk dalam duka. 
Hingga tawa dalam aroma. 
Senyum berbekas pada nestapa. 
Memori menjadi kaldu penikmat rasa. 



-Fatricia Putri LM
Gorontalo,04 Desember 2018

Si Pemuja Hujan (Pluviophile)


Si Pemuja Hujan
(Pluviophile)


Pada langit di jelajahi hujan. 
Telah aku ceritakan sebuah penantian. 
Kemudian angin menjadikannya hujan. 
Tak ingin berteduh untuk merasa nyaman. 

Diketuknya genting tanpa henti
Memberi elegi pada ranting yang mati
Senyumku terarah pada redanya hujan. 
Menatap kaca yang mulai basah. 

Jika saja ku kemas aroma petrikor.
Dan ku jadikan sebuah bingkisan hadiah. 
Tertiup angin kala itu dimana kamu berada. 
Telah aku siapkan untukmu rapsodi. 

Terjatuh,terhempas.
Dilarutkannya dalam fikiran berupa ampas.
atau bagaimanan jika segelas kopi? 
Tak lebih sekedar berbagi.

Dan setelah hujan reda. 
Selepas sudah cerita cerita yang entahlah. 
Kita hanya duduk membisu. 
Dan, mengandalkan doa dan harapan. 



Fatricia Putri LM
Gorontalo,08 Des 2018

Senin, 03 Desember 2018

"Entahlah"


-Entahlah-

Kuhitung pasirmu. 
Duka dalam bayang. 
Bibirmu yang hampir tenggelam.
Raut wajah yang amat muram. 

Ibarat melodi lagu. 
Begitukah hatimu? 

mencairkan darahku yang beku. 
Dengan nestapa yang lingsir? 
Hingga surat hati tak terbalas. 
Hanya goresan yang berbekas. 

Sanggupkah Aku? 
Melihat drama abadi.

Ibarat piano, drum dan gitar. 
Kau seakan menjadi musik terindah. 
Dalam setiap bait melodiku. 
Bisakah lebih lama lagi? 

Atau hanya sebatas suara?
Ibarat musik, tapi tak punya nada. 



Fatricia Putri LM
Gorontalo,03 Desember 2018