Senin, 06 Januari 2020

"Lebih Cinta menulis dibanding KAMU"



"Lebih Cinta menulis dibanding KAMU"
Fatricia Putri LM 

Cut Ara Darmawati ,umur 20 tahun dan tidak lanjut kuliah karena membantu Ibuku,Aku sering disebut Ara tinggal bersama ibuku bernama Tari KumalaSari di Lhokseumawe lebih tepatnya sebuah kota di provinsi Aceh, Indonesia. Kota ini berada persis di tengah-tengah jalur timur Sumatra. Berada di antara Banda Aceh dan Medan, kota yang sering disebut Serambi Mekkah. Sifat tegas Ibuku mengharuskan aku selalu saja dibentak,dimarah dan diperlakukan kasar olehnya. Tapi harus bagaimana Aku tak punya siapa lagi, Ayahku meninggal tenggelam saat hendak menolong Aku waktu kecil, adikku tak bisa bertahan seminggu meninggal karena penyakit.

 Pada hari itu Aku bertemu tak sengaja dengan beberapa pembeli yang sedang ingin membeli Minyak Sawi , dan saat itu pula Aku sedang menulis sebuah puisi berjudul "Jangan Berhenti Menyerah",Aku pun sedang sibuk membungkuskan minyak sawi tak sadar bahwa orang yang membeli tadi  ia membaca puisiku ia sedang menelusuri Lhokseumawe dan sedang mencari sejarah tentang kota tersebut.

"Nak, umurmu berapa? Tanyanya ramah.

"20 tahun, mengapa? Jawabku.

"Mau tidak duel Antologi cerpen bersamaku. ucapnya. "Maaf aku tidak ikut yang seperti itu. Eh,kau membaca puisiku? Ucapku kaget.
"Perkenalkan namaku Dyah Ayu Ningsari, mungkin umur kita tidak jauh berbeda aku umur 25 tahun, beda 5 tahun sama kamu. Ucapnya masih tetap ramah.

"Maaf sayangnya aku tak mau ikut Duel Antologi seperti yang kau bilang tadi, aku mau membantu Ibuku. Ucapku menolaknya.
"Baiklah, ini nomor telfonku bisa kau hubungi kapan saja kau ingin ikut. Ucapnya langsung meninggalkanku.

Seminggu kemudian aku jenuh, kumpulan puisiku hanya selesai ditulis dan tak ada hasil apapun. Ponsel saat itu masih sangat kuno, lebih kuno dari Nokia. Jadi aku meminjam ponsel tetangga untuk menghubungi Mba yang tadi membeli minyak sawiku.

"Assalamualaikum,Mba saya yang waktu itu penjual minyak sawi. Ucapku.

"Waalaikumsalam, Oh iya. Sudah berniatkah gabung dengan saya?

"Iya tapi, aku hanya punya beberapa naskah puisi sederhana tentang kotaku. Ucapku lesuh.

"Tak apa, besok kita bertemu ditempatmu nanti akan aku jelaskan beberapa hal tentang duel Antologi Cerpen dan puisi,ucapnya.

"Baiklah. Ucapku semangat.

Resah, gundah, biasa disebut Gegana Gelisah galau merana inilah perasaanku sekarang, takut untuk bertanya pada Ibu, bahwa ingin mengikuti hal yang konyol yang belum pernah aku ikuti otakku terkuras memikirkan rencana untuk bertanya.

"Bu, bolehkah besok aku tidak menjual Minyak Sawi? Ucapku Pelan dengan nada rendah.

"Ara,tau besok hari apa?,tanya Ibu Tegas.

"Senin bu,Ucapku Takut.

"Dagangan akan rame dihari itu, masa kamu mau pergi nggak jelas kemana. Sudah jualan saja yang benar biar kita cepat pindah dari kota ini. Ucap Ibu tegas sambil berapi api. "Baik bu, ucapku pasrah. Tapi tak luruhkan semangat serta niatku untuk pergi dengan kata seperti itu membuat hatiku hancur seketika , kadang aku berfikir anak lain bisa kuliah sedangkan aku tidak. Susah tinggal dikota seperti ini dengan keadaan seperti ini. Keluhan pun terus saja  bercampur aduk dalam benakku capek, kesal, marah menjadi satu perpaduan rasa yang sama.

Pagi itu terlihat Ibu sibuk, dan tak memperdulikanku. Entah, dibenakku aku ingin sekali berjumpa dengan Mba yang kemarin membeli sawiku. Jam menunjukkan pukul 8 pagi, bergegas pergi itu rencanaku tanpa sepengatahuan Ibu aku pun pergi diam-diam dan langsung mengendarai sepeda bututku. Jarak yang aku tempuh terbilang cukup dekat,jadi tak memakan waktu lama.

Sosok wanita yang tepat berdiri didepanku dengan memakai Hijab sederhana,terlihat bahwa ini Mba yang kemarin membeli minyak sawiku.

"Permisi Mba? Ucapku kaku.

"Eh kamu sudah datang, udah minta izin ibu mu?. Tanya Mba.

"Sudah. Bohongku sambil mengaruk kepala yang tidak gatal.

Kami pun pergi ke beberapa museum diKota Lhoksuemawe,dan sambil bercerita hal yang sederhana. "Besok kirim saja naskahmu di Kotak Surat nanti aku akan membacanya. Ucap Mba Dyah. Aku pun mengiyakan saja, tapi pada hari itu juga beberapa naskahku dikirim lewat kotak surat.

"Baik Mba Dyah, ucapku sebutan Mba Dyah karena menghargai ia lebih tua dari pada Aku.

Soalnya dengan sedikit penat aku pun pulang,tanpa sadar Ibu sudah didepan pintu sambil memegang Rotan yang terbuat dari bambu kuning yang dipahat rapi,dengan tatapan wajah sinis dan mukanya Berapi Api ,dan tatapan tajam melihat kearahku. Aku pasrah, toh kalau mati hari ini naskahku sudah Aku kirim tadi pasti tetap akan abadi seperti tulisanku. Ucapku pasrah.

"Ara? Sudah berani bohong sama Ibu kamu yah? Ucapnya dengan nada tinggi . "Ara hanya sebentar keluar kok Bu, cari angin. Ucapku polos.

"Plakkkkkkk, pukulan keras pertama membuat aku terhempas jatuh, mengenai betisku. Sakit, sampai merah kulitku, bagai tersayat sampai didalam tulangku.

"Umur tidak menentukan kita dewasa, tapi umur bisa membuat kita pantas diperlakukan baik"
-AD

Aku tak kapok untuk melarikan diri kedua kalinya,Aku berencana untuk tak pulang lagi kerumah, ke kota ini, atau pun menginjak kaki ditempat yang seperti neraka ini. Aku pun meminta bantuan Mba Dyah, Syukur ia mau membantu aku.

Dengan beberapa rencana Aku pun persiapkan rencana yang matang agar tersusun secara baik agar Ibuku tak curiga,hari itu Ibu tidak sedang dirumah Aku melihat kamar Ibu dan mencari beberapa hal ganjil yang masih terlintas dalam benakku, "Aku ini benar, anaknya atau bukan? ,Karena Aku tak pernah melihat Ayahku,  atau pun adikku aku hanya mendengar cerita mereka meninggal dari Ibu. Aku pun mencari kepastian dengan bukti foto masa kecilku dulu tak satu pun Aku menjumpai gambar masa kecilku,  Aku melihat sepucuk surat dan sebuah kalung liontin bertuliskan "Untuk Ara Anakku" Dari Bunda Ara Pangkal Pinang Belitung-
"Belitung?,Seperti nya itu kota kelahiranku sebenarnya hati Aku seperti teriris, sakit memang sakit entah mengapa dipertemukan dengan Ibu yang begitu jahat memperlakukanku . Selama ini Aku dibodohi, dibentak dan dipukul Aku selalu sabar tapi ternyata Aku ini bukan anak Kandungnya.Pantas saja ia tak menyekolahkanku agar aku tak jadi pintar, seperti anak lain. Dan sekarang aku sadar aku harus mencari Ibu kandungku.
Rencanaku pun mantap untuk pergi, dan tak akan kembali. Aku berpesan lewat sepucuk surat,bertinta biru.

"Jangan cari aku, biarlah aku berkelana dan menemukan Bundaku"

Aku bergegas dan pergi tak menoleh kerumah itu lagi.

Beberapa bulan aku ikut bersama Mba Dyah, aku tinggal sementara sampai mengikuti beberapa lomba dan event serta Mba Dyah sudah jadi manajer tetapku, Aku pun selalu menang dan mendapatkan Apresiasi uang, serta sertifikat dan piagam.
Umur yang sudah menginjak 20 tahun menjadikanku salah satu penulis muda, di Lhokseumawe Kota Aceh. Sungguh sangat membuat aku bangga pada diriku,walau tak punya ijazah perguruan tinggi, Tapi Allah subahana Wa Ta'alla telah membuat skenario lain dengan bakatku aku bisa mencapai puncak kesuksesan.

Sebulan Aku tinggal DiLhoksuemawe aku tak pernah mengunjungi Ibu angkatku lagi ,aku pun mengumpul uang untuk menelusuri Kota Pulau Bangka Belitung Cintanya Aku dengan menulis Sampai menjelajahi beberapa negara, seperti ,Camarines Norte, Filipina. Kobe,Jepang, Istanbul, Turki,Edinburgh, Skotlandia. Ada salah satu kota yang inginku telusuri lebih dekat yaitu Pulau Belitung, di Indonesia yang melahirkan Pahlawan Sastra Andrea Hirata Karya Terkenal Seri buku “Laskar Pelangi", Aku ingin mengangkat cerita dari beberapa negara sampai terhimpun dalam Pulau Bangka Belitung selain itu Aku ingin mencari bunda. Dan semua biaya transportasi dari aku mengikuti Event lomba, festival, hingga ke Mancanegara.
Mba dyah selaku manager pun menyepakati bahwa aku pergi Ke Pulau Bangka Belitung. Hari itu juga Aku dan Mba Dyah terbang dengan penerbangan maskapai Air Lion, dan sampailah pukul 5 sore  diBangka belitung.

Pada saat sampai senja sore yang menemani kita kala itu, sampai aku tak sadar sungguh indah kota Bangka belitung. Baru menginjak kaki disini membuat diriku awam, dan binggung, Mba Dyah pun membantuku. Kami pergi ke Pangkal Pinang dan mencari bunda terkuras semua tenaga kami, sampai  berhenti disebuah rumah makan untuk mengisi tenaga lagi untuk mencari Bunda. Hari ini pun pupus pencarian Kami,Tak menghasilkan apa-apa kami pulang dengan lapang dada.

Malam itu patah hati terberatku tak bisa jumpa dengan Bunda, Aku pun menulis sebuah Puisi "Sosok Bunda, Tak ada gantinya" ,puisi itu pun terkandung bahwa Aku rindu akan Bunda,ingin bertemu,memeluk hingga mencium bunda.
Puisiku pun diterbitkan oleh Penerbit Erlangga PT, dan sudah dibukukan dalam jangka waktu 1 minggu puisiku banyak dicari dan diminati Dikalangan anak muda serta Sastrawan muda yang ada diBelitung, Mba Dyah bangga dengan Aku karena mampu mempunyai jiwa penulis muda yang sedang naik daun, dan menjadi Best Seller  disetiap toko buku diIndonesia.
Pada hari mulai menampakkan malamnya,matahari pun perlahan turun dan tinggal jingga yang kemerahan yang menemani penat hari ini.

"Mba Dyah ada orang yang ingin berjumpa dengan Ara. Ucap pelayan hotel yang kami tempati. Mba Dyah pun mengizinkanku.
Aku melihat dari lekuk tubuh yang sudah rentan dengan baju sederhana dan jilbab yang ala kadarnya aku melihat Apakah ini orang yang ingin berjumpa denganku?. Aku pun memanggil dengan sopan.

"Permisi,anda mau bertemu dengan Saya? Ucapku dengan nada pelan.
Sosok wanita setengah paru baya dengan wajah sendu dan air mata menetes diwajahnya,ia langsung memelukku dengan erat. Aku hanya terdiam sejenak, sampai aku tak sadar siapa yang ada didepanku. Wanita itu pun menjelaskan,Aku Ibumu Nak aku Rahmi Ayu Anjani Istri pertama ayahmu. Ia menikah lagi dengan Janda anak satu, ia membawamu paksa pada hari itu,"Aku mencarimu Nak. Ucapnya memecah Kesedihan suasana diruang kala itu.
Pelukan pertama yang berarti bagiku, membuat aku merasakan kenyamanan hingga lupa untuk melepaskan pelukan itu.

 "Aku hanya mencari bunda lewat tulisan ku dan dipuisiku Aku cantumkan namaku agar bunda kenal aku. Ucapku menjelaskan pada Bunda. Untuk pertama kalinya aku memanggil dengan sebutan Bunda.

"Tidak Nak, aku mengenali sejak namamu ada dirak buku Best Seller, aku adalah karyawan disebuah toko buku swasta dan aku mencari keberadaanmu Nak. Ucap Bunda sambil memeluk erat diriku.
Tak perlu menjelaskan lagi, aku pun memeluknya kembali, Sadar tidak bahwa Tuhan telah menitipkan kita bakat untuk mencari kebahagiaan didalamnya,Tapi tanpa sadar dengan bakat kita bisa dipertemukan dengan orang yang terkasih.
Kecintaan kita pada satu hal menghadirkan sosok yang berarti dalam hidup kita, Dan lebih tepatnya lebih Cinta menulis,Dibanding kamu yang memperlakukan Aku tidak baik.


***


Fatricia Putri LM
Gorontalo,January 07 2020 01 : 14

"Biodata narasi"
Nama asli : Fatricia Putri Laadji
Alamat : jln mawar 53 rt 08 rw 03 kampung baru,kota kotamobagu. Sulawesi utara 95711.
No hp : 085254372223
Email : fatriciaputrilaadji08@gmail.com
Instagram : @fatricia_putri / @wanitasenjaa_
Blog : www.fatriciaputrilm.blogspot.com 
Message : “never stop writing,if your hobby is going to help your succeed.”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar