Jumat, 13 November 2020

"Perkara Halal atau Haram" #1

 


Perkara Halal atau Haram? #1


"Tolong kau atur map berisi perkara korupsi ini, agar kau bantu diperingan dakwaannya. Akan ada kompensasi untukmu jika kamu mau meluluskannya". 


"Aku tahu persis siapa yang berbicara itu, ia adalah atasanku. Aku mengenali dirinya, namun aku cuku terperangah mengatasi hal perkara korupsi ini. Bisa saja aku memakan uang haram demi kemaslahatan kebenaran korupsi dan aku harus bagaimana?, membiarkan itu terjadi atau memberikan tanggung jawab kepada orang lain?. Ucapku cukup terperangah mendengar celotehan atasanku yanh cukup terperdaya oleh uang dan kekuasaan.


 Bagiku kesempatan kali ini membuat naik jabatan, serta kompensasi yang sangat cukup untuk keluargaku, Tapi sayangnya aku masih punya prinsip pada keluargaku yaitu mengambil yang halal dan menjauhi yang haram. Tapi hari ini anakku membutuhkan uang cukup banyak untuk ujiannya, sekolah di Eropa tidaklah mudah apa lagi biaya hidup dan tempat tinggal yang cukup mahal membuat aku kebingungan harus mengambil pinjaman dimana?, ketika aku harus memilih apa yang aku lakukan Ya Allah cobaan apa lagi ini . Ucapku tersudut dimeja ruang kerjaku. Aki tertegun, menoleh kekanan dan kekiri melihat orang disekitarku sibuk dengan urusan mereka , memecahkan kasus dimeja mereka masing-masing adalah sebuah tanggung jawab besar. Tak ada yang melihatku, itu artinya aku bisa sedikit memikirkan sejenak mencerna apa yang harus aku lakukan.


Aku membaca setiap bait demi bait kasus korupsi yang menggelapkan dana sosial yang dipakai terdakwah untuk urusan pribadinya. Dalam rekaman percakapan telefon ada gambar mereka yang sedang berbincang dan mengambil sekoper uang haram, jepretan kamera foto ini dari kamera yang tersembunyi saat Si pelaku bersama rekan kerjanya yang menyeludup dijam kerja untuk mengambil barang buktinya agar tidak ada yang tahu. Entahlah, atasanku mendapatkan dari mana seperti ia terlibat juga dengan terdakwah tersebut. Adapun foto copy rekening yang berjumlah uang puluhan miliar yang tertulis dari bank.


Sungguh menggelikan. Orang yang memikul jabatan dan sekarang diambil sumpahnya terlebih dahulu tapi bersifat seperti sampah dimasyarakat itu sendiri, bertindak seperti ini dan dengan tanggung jawabnya berani melakukan pengelapan. Dimanakah Moral dan Agama yang selama ini dipamerkan dalam bentuk sedekah difoto diupload dan media. Apakah agama hanya sekadar tempelan, bagi mereka agar di anggap bermoral ?. Jika agama hanyalah rutinitas ibadah dan kewajiban tanpa mengetahui mana yang baik dan buruk masihkah para pemangku jabatan itu disebut waras. Aku tidak paham dengan pikiran mereka, begitu pula dengan pikiran atasanku yang berniat membantunya demi sebuah imbalan. 


Aku harus mencari bukti lainnya serta beberapa rekan untuk membuat skakmat si pelaku, agar mereka tahu bahwasanya jika aku mengambil kesempatan ini itu sama aku tidak ada bedanya dengan mereka sama-sama sampah. Aku pun menelusuri satu per satu berkas dan sepertinya ada beberapa yang hilang karena kasus ini bersangkutan dengan orang berjabatan maka banyak yang ganjil dalam kasus ini. Aku harus mencari bukti lainnya agar memperkuat untuk bisa melawan pecundang seperti mereka yang memakan uang haram. 


Satu jam setelah bergulat dengan map penuh perkara dunia adzan pun berkumandang dan aku lekas membereskan berkas tersebut dan bergegas ke mesjid yang ada di dalam kantorku. 


Setelah berduaan dengan sang pencipta aku mulai rapuh dan memikirkan nasib anakku yang notabennya tinggal di negri asing tanpa sanak saudara serta tak ada tempat ia mengeluh kesah hanya aku saja sebagai tulang punggung keluarga untuk menyambung hidup untuk ke depannya..


***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar