ESSAY :
"Strategi Peningkatan Minat Dan Baca dan tulis dikalangan Milenial".
Dengan melihat situasi saat ini pemuda jaman milenial sekarang lebih mengutamakan ponsel dibandingkan pada buku, dengan begitu minat baca dan tulis sangatlah berkurang. Pada tahun 2011 tercatat produksi buku di Indonesia sekitar 20.000 judul buku. Jika dibandingkan dengan penduduk Indonesia yang sekitar 240 juta, angka ini sangat memiriskan. Satu buku dibaca 80.000 orang. Jumlah ini sangat tidak masuk akal, bahkan bukannya buku mempermudah mendapatkan ilmu tapi malah tidak dipergunakan dengan baik.
– Minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak, masih sangat rendah. Data dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menunjukkan, persentase minat baca anak Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya, dari 10.000 anak bangsa, hanya satu orang yang senang membaca.
Menurut Pendiri Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia, Trini Hayati, salah satu penyebab rendahnya minat baca anak adalah kesulitan akses untuk mendapatkan buku. Semangat baca yang tinggi pun menjadi tidak berarti tanpa adanya buku yang bisa dibaca.
Sekarang kita bandingkan disetiap sudut kota yang ada dindonesia ada toko sepatu,bermerek ternama dan terbaik,lantas saya pernah melihat ada beberapa orang sekelompok Forum Lingkar Pena yang berada di wilayah sulawesi utara, mereka berjejeran dipinggir trotoar dengan setumpuk buku yang dialas dengan karpet ala kadarnya.
Bahkan kita bisa lihat bahwa kaki lebih mahal dari pada akal bukan? Tapi dengan hal ini lihatlah kondisi sekarang yang dibutuhkan adalah kualitas bukan penampilan? Walau anda berpenampilan menarik tapi tak berkualitas? Seperti Kata pepatah adi strategi apa yang harus kita lakukan?
Mulailah membuat kegiatan tentang buku,dan undang beberapa penulis hebat yang mampu memotivasi. Dalam hal membaca, Indonesia berada di peringkat ke-57 dari 65 negara di dunia. Atau peringkat 8 terakhir.
Jika demikian kondisinya, maka wajarlah jika minat baca bangsa ini rendah. Sebab, pemerintah sebagai pembuat kebijakan yang mengatur hal ini terutama pihak yang terkait seperti Departemen Pendidikan, belum memiliki kebijakan yang mampu membuat bangsa ini merasa perlu membaca.
Padahal membaca adalah hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa dan pada zaman milenial saat ini. Parameter kualitas sebuah bangsa dilihat dari kondisi pendidikannya. Dalam dunia pendidikan tidak akan terlepas dari pentingnya membaca. Ilmu-ilmu yang ada di referensi misalnya buku, hanya bisa di dapat dari membaca.
-Minim Budaya Menulis
Dalam hal membaca saja,negara dengan jumlah penduduknya terbesar ke-lima di dunia ini berada pada urutan buncit, apatah lagi dalam hal menulis. Entah pada urutan ke berapa Indonesia dibandingkan dengan negara lain dalam hal menulis.
Jelas, rendahnya minat baca dengan sendirinya akan berimplikasi pada rendahnya minat menulis. Menulis adalah pekerjaan lebih berat ketimbang membaca. Sebab, untuk dapat menulis, maka seseorang harus banyak membaca. Harus memiliki ilmu. Tidak ada yang bisa ditulis, jika tidak ada ilmu yang dimiliki.
Taufik Ismail juga mengatakan bahwa tentang mengarang yang termasuk dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia hanya satu atau dua kali diadakan selama SMP dan SMA dengan titik berat pada tata bahasa. Misalnya imbuhan, akhiran, dan sisipan. Jelas ini berakibat pada minat siswa untuk menulis. Seharusnya, justru mengarang-lah yang harus diperbanyak.Tata bahasa dapat dibetulkan sembari mengoreksi karangan atau tulisan siswa.
Setidaknya ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah :
1. Perubahan kurikulum.
Melalui kebijakan pemerintah mewajibkan setiap peserta didik menamatkan beberapa judul buku,sebagai syarat salah satu tamat dalam jenjang pendidikan,buku yang wajib dipilih harus berkualitas memberikan pengetahuan, dan pemikiran kritis agar mampu mencari solusi dari buku tersebut.
2.
Optimalisaikan Perpustakaan yang ada
Contoh setiap seminggu dua kali diadakan literasi dan list buku yang sudah pernah dibaca, lalu disetiap sekolah adakan sayembara"siapa yang paling banyak membaca saat tamat dalam jenjang pendidikan ia akan dapat hadiah. Disanalah pemuda zaman sekarang akan berpacu untuk bersaing secara adil dalam membaca, jika mereka hanya menginginkan hadiah lantas dengan membaca sudah banyak hadiah yang didapatkan yaitu ilmu pengetahuan dari buku tersebut.
3. Memperbarui perpustakaan.
Dengan adanya buku baru dan nyaman dibaca jelas akan sangat mudah mengajak minat para pembaca.
4.
Membuat kegiatan dalam setahun
Misalnya agar menarik pembaca. Contoh event buku, bazar buku atau bookfair dll Pihak swasta juga dilibatkan dalam kegiatan ini, diantaranya dengan meningkatkan kerjasama dengan penerbit-penerbit untuk menggalakkan kampanye gemar membaca Dengan demikian, masyarakat diajak untuk tertarik dan peduli bahkan butuh dengan buku (membaca)dalam kegiatan ini bisa saling share.
5. Membangun khusus tempat buku.
Gramedia memang tempat buku terbesar diindonesia yang sudah buka cabang dimana saja tapi tidak bisa leluasa membacanya dengan pemerintah membangun beberapa tempat seperti peprustakan umum maka bebas siapa saja akan masuk untuk membaca toh walau pun mahal buku asal berkualitas mengapa tidak? Itukan ilmu pengetahuan juga.
"Mulailah anda membaca karena ilmu itu tidak gratis,kalau hanya barang merek yang tersimpan rapi dirumah bisa dibeli mengapa buku tidak diperlakukan seperti itu? Yang menguntungkan membawa perubahan dinegeri pertiwi ini adalah kita sendiri jika tidak dimulai dari kita lalu kapan akan dimulai?."
Oleh : Fatricia Putri LM
Gorontalo, 18 Juni 2019